Seperti belantara yang sangat luas, dunia ini sangatlah buas. Setiap apa yang dunia sajikan kita wajib untuk selalu waspasa terhadapnya. Dunia itu menipu, masih ingatkah bahwa Ayahanda kita tercinta Adam a.s diturunkan ke bumi dan juga para iblis mengikutinya di sana ? Mereka hidup di dalam satu generasi dan satu alam dimensi bernama dunia, meski sebenarnya dimensi keberadaan mereka berbeda. Sungguh, dunia ini banyak diliputi duka nestapa dan segala yang tentu menyengsara.
Sahabat, aku tidak bisa untuk katakan lagi tentang sebuah perjalanan yang sekiranya aku sendiri pun tak sanggup lakukan seorang diri. Kita butuh partner untuk saling melengkapi, kita tak bisa egois hanya pedulikan diri terhadap nyala kobaran api. Kita ini satu dalam iman, dalam sebuah ikatan persaudaraan yang sangat lurus.
Sahabat, seandainya tidak ada engkau disini. Lalu, bagaimanakah keadaanku seterusnya, kau adalah sumber energi terbesar di titik tervital dalam tubuhku. Kaulah yang selama ini jadi tumpuanku selama puluhan tahun hidupku.
Duhai sahabatku, aku sangat menyesal jikalau terkadang aku lupa memercikkan sedikit atau bahkan banyak noda di badanmu. Kau mulanya bersih dan itu adalah fitrahmu. Sudah kewajibanku bahwasanya aku harus selalu menjaga serta merawatmu sejak dulu. Namun, aku baru sadari hal itu sekarang. Bukankah ini tidak terlalu terlambat, Sahabat?
Maafku tulus padamu, kali ini aku bahkan hendak menjerit kala melihatmu hitam legam akibat ulah kekotoranku sendiri. Seandainya saja sejak dulu sudah kurawat dikau, pastilah tak seburuk dan sebusuk ini, duhai Sahabatku teman hidupku.
Kurasa jika aku hanya terus-menerus meratapimu rasanya sama dengan hembusan angin belaka, tanpa aku bertindak apapun.
Baiklah, Sahabat...
Sekali lagi aku minta ridhomu sebagai bagian dari urat nadiku bahwa aku akan selalu menjaga kebersihanmu, merawat fitrah sucimu yang telah Allah beri seluruhnya untuk kita. Sekali lagi, Sahabat. Izinkan aku terus menembusmu, berbicara padamu tak penting itu benar atau salah, izinkan agar egosentris dewasaku mengambil alihnya. Agar kau senantiasa terseimbangkan.
Teruntuk Sahabatku, Sang Qolbu.
Ttd.
Aulia Prattiwi
Kekasih Pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar