Selasa, 24 Maret 2020

Seperti Rindu yang Berkerak 💔

Aku ingin marah, aku kesal, aku sesak sekali rasanya dadaku hari ini. aku benci jadi orang lain di ujung senja yang memerah ini, aku benci dihakimi aku sudah terlalu lelah dan tak kuasa lagi menjadi dia atau kamu atau dia atau siapapun itu, aku muak sekali rasanya. aku lelah berpura-pura untuk terus menerus menjadi orang lain yang ukurannya belum tentu bisa pas diterima untukku, aku lelah. aku muak sekali saat aku terus dihakimi dan dihancurkan dengan berbagai karakter yang seolah dia lebih baik dariku saat ini. dimanakah letak hati nurani orangtuaku, mereka yang katanya paham akan anak-anaknya akan tetapi rasanya tetap saja aku dihakimi terlebih saat aku memilih segala sesuatu tentang jalan hidup yang tak sesuai dengan mereka inginkan. sebenarnya mungkin bias saja aku menuruti mereka apabila mereka un menuruti apa yang ku mau, tidak hanya terus menuntutku dan juga mengarahkanku semau mereka akan tetapi harusnya aku butuh didorong dengan kelembutan dan kasih sayang seorang ibu yang tak pernah aku dapatkan dimanapun itu tempatnya. Aku hanya butuh dorongan kasih saying dari seorang ibu, pelukan hangat disaat aku rindu. aku tidak tahu harus kepada siapa aku mengadu saat dunia seolah menghakimiku, aku sakit dan tak terarah. namun ibuu tak ada, aku seolah terlahir piatu sejak dini, meski raganya ada namun jiwanya tak ada disisiku. tak ada sosok ibu selama 26 tahun belakangan ini. namun yang aku syukuri saat ini ternyata aku telah sanggup ditakdirkan untuk menjadi ibu, aku memilih untuk sanggup karena akupun tak mau anakku nantinya menjadi sepertiku, memiliki ruang hampa dan sangat kosong di dalam jiwa. ibarat aku adalah kacang yang tak ada isinya, setiap hari aku terus berfikir dan terus mengadu pada diriku sendiri, aku bertanya dalm batinku yang terus bergejolak, apa yang sebenarnya aku butuhkan,, ternyata hanya kasih sayang, dari ibuku. Mulanya aku kesal dan ingin terus mengecam pada takdir yang telah terjadi padauk saat ini, namun berkat kekuasaanNya lah aku mampu bangkit dari keterpurukan yang terus menggerus badan mungilk, bahkan hingga system syarafku yang terus menegang karena kurangnya supan nutrisi bernama kasih sayang.

Sekarang aku telah berusia cukup dewasa daripada sebelumya, meski batinku terus meronta dan tersiksa, aku percaya in hanyalah masalah waktu, dan juga strategi yang harus aku lakukan untuk menaklukkan sindrom kelelahan batin atas kurangnya sentuhan dalam diriku. setiap hari yang aku lakukan adalah memeluk diriku sendiri kedalam, ke batinku, dan tanpa permisi aku melakukannya. Tanpa terkecuali dan tanpa terkurangi, aku ingin terus menerus memeluk diriku entah saat apapun, saat rapuh sekalipun aku harus mengajak diriku sendiri untuk bangkit dari keterpurukan ini.

Semoga Allah selalu merahmati kerinduanku yang sangat dalam ini akan sosok ibu yang tak hadir dalam diriku, dan semoga dengan rahmatNya juga aku bias diberikan energi seluas samudera sebagai sosok ibu yang selalu bias mengasihi dan menyayangi anak-anak dan suamiku sampai maut menjemputku dan bahkan sampai di kehidupan setelah ini. Aamiin :)

#terapimenulis
#pejuangliterasi
#tantanganhessakartika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar