Sabtu, 28 Maret 2020

Sepanjang Hidup Bersamamu

Jalan panjang yang telah aku lalui selama ini ternyata memang benar adanya. Aku tak bisa mengelak takdir atau bahkan berlari darinya. Dia Tuhanku telah menggariskan sebuah garis kebenaran atas seluruh hidupku. Saat ini yang aku lakukan hanyalah berusaha menerima dan sadar bahwasanya Dia takkan mungkin menciptakanku tanpa ada peran hidup di masa depan. Terimakasih Allahu Robbi, berkat petunjukmu didalam diri ini, dan Engkau yang telah izinkan aku untuk terus bertahan menjalani takdir yang kau beri. Saat ini, faseku telah berubah, yang awalnya aku terus menerus meratapi dan mengasihani diriku serta menjebak diriku dalam zona rasa yang sangat beku. Tanpa sadar aku terus-menrus melukai diriku, tanpa sadar dan aku terus menikmatinya. Justru saat ini aku tengah tersadar bahwa aku harus ambil alih semua tanggungjawab yang ada, termasuk segala perasaanku. Sudah cukup kurang lebih 25 tahun belakangan aku berpasrah pada orang lain yang memperbolehkanku untuk kelola, termasuk perasaan yang mana sebenarnya zona rasa sendiri adalah sumber potensialku,sumbu utama poros hidupku. Bukan berarti saat aku bergantung pada zona rasa hal ini berarti aku lemah, justru disinikah letak kekuatanu sebenarnya, saat aku berhasil menatih rasaku sendiri serta memeluk bayangku yang telah usai, meski saat ini belum begitu besar dayaku, akan tetapi disinilah aku bisa kuat hadapi kenyataan yang ada. Aku memanglah terlalu berprasaan keterlaluan bahkan sangat berlebihan, iya itu memang aku. Lantas kenapa? tak ada orang yang lebih baik atau lebih buruk di dunia ini didepan KuasaNya, Dia yang menciptakan segala jenis rupa manusia sehingga aku harus terus percaya bahwa Dia memang adil, meski belum Nampak nyata saat ini. Oh diriku, terimakasih, saat aku berupaya terus mendorongmu terlalu keras bahkan kau pernah hamper terlindas kerasnya dunia ini, akan tetapi ragamu selalu kuatkan aku. Saat aku ingin berhenti bernafas, namun hidungmulah yang cegah aku, dia tetap bernafas seperti biasa. Bahkan dia tak pernah benci aku sekalipun garis edarku pernah tak sejalan dengan orbitku. Kini, aku semakin yakin dan terus optimis, berusaha untuk selalu memaknai takdirNya dengan benar, dengan buku petunjuk yang benar-benar nyata, Al-Quranul karim. Terimakasih wahai diriku yang selalu berusaha optimis, aku saying kamu wahai diriku.

Teruntuk jiwa dan ragaku
Kekasih Pertama :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar