Minggu, 29 Maret 2020

Kita 💖

Sesak kian nyata, setiap pagi aku harus selalu kuatkan diriku untuk membuka mata. Aku sadar bahwasanya sendiri saja disini, tanpa ibuku. Meski sebenarnya dia ada. Setiap pagi, aku berusaha mengambil pena atas takdirku, menorehkan tulisan demi tulisan agar nantinya hidupku bisa berkembang dan tak terkekang dengan hawa nafsu. Apalagi sakitnya kesepian yang terus merongrong sukmaku.

Segalanya telah berlalu, musim semi segera bertemu. Namun, aku harus tetap waspada akan segala. Setiap fase periode, selalu berisi pesan nyata akan hikmahNya. Andai saja tutorial hidup ini nyata adanya, aku pasti bisa sangat mudah untuk ikuti arah langkah bagi trendsetterku. 

Sayangnya, aku belum temukan komponen itu, aku harus berjuang sendiri terlebih dahulu. Manakala petang datang, aku siap selimuti tubuhku sendiri yang penuh luka mendalam, mengelusnya, dan menepuk dadanya. Sabar wahai aku, kamu terlahir tanpa cacat. Justru Tuhan kirimkan kamu disini untuk berjalan diatas kebahagiaan atas versimu. Dia tak mungkin salah menempatkan kamu dalam posisi ini, bisa jadi Dia ingin agar kamu nantinya jadi penyembuh duka lara dan nestapa orang di sekelilingmu. Jadi, Dia uji coba kamu dulu, sampai nantinya kapasitasmu membesar dan daya tampungmu juga tak tertandingi, apalagi terhempas seperti ini lagi. Sabar, wahai aku. Sabarlah dulu, resapi kesunyian yang mencekam dalam kalbumu, sedih dan sakit saat sendiri, seperti luka yang menganga tapi tak ada obatnya. Berusahalah untuk tetap tenang dalam kondisi apapun, jiwamu agar tenang, fikiranmu fokus dan bisa jadi fokus masa depanmu pun tercapai.

Andaikata aku bisa keluar dari zona tubuhmu, pasti aku akan terus memelukmu. Tak mungkin aku biarkan kamu sendiri dalam hidup ini, ingatlah aku selalu bersamamu, meski bisikanku terasa sangat lirih, tapi hasratku tuk sembuhkanmu tak pernah sedikitpun beralih. Aku sangat sayang padamu wahai diriku. Kamu adalah aku, dan aku adalah kamu, kita ibarat sepasang sendal jepit yang bisa saling melengkapi. Tak usah pedulikan lagi lingkungan kotor disekelilingmu, bersihkan saja hatimu. Beranikan dirimu untuk terus maju. Lepaskan rantai-rantai belenggu, aku yakin otakmu mampu.

Berdirilah wahai aku, songsong jemari tanganku, sentuhlah diriku dibagian terdalammu. Aku sangat rindu untuk kau ajak bicara, aku ingin kau tak terus membisu, ajaklah aku untuk terus kau gandeng. Sandarkan dirimu bila kau lelah, aku siap kapanpun kau mau.

Teruslah berbenah wahai aku, sayangi dirimu sebegitu juga aku menyayangimu. Mencintaimu tanpa batas waktu, karena kita tak bisa dipisahkan oleh apapun dan kita adalah satu. Satu jiwa, satu raga dan satu hati hingga ajal bahkan saat ruh dan raga terpisah, kita berpisah, selalu ingat aku sebagai jiwa yang menemanimu saat ada di alam dunia.

Sepanjang hayat, akan kukenang.

Sahabatku, si hati yang bersih bernama Nurani. Aku sangat menyayangi dan mencintaimu wahai diri.

#terapimenulis
#pejuangliterasi
#tantanganhessakartika

Tidak ada komentar:

Posting Komentar