Senin, 23 Maret 2020

💕💕💕 self love saying

Di pagi yang cerah ini, aku masih saja berkutik dengan sebuah berita viral di negeri belahan dunia, aku yang tengah berada dalam jarak bersama belahan jiwaku sungguh sangat tersiksa sekali rasanya. Hatiku terasa sedih dan gelisah. Aku yang tidak bisa menemaninya untuk terus bersama dan menjaga setiap apa yang ia makan dan ia lakukan sungguh hati ini rasanya terluka. Kenapa ya, akhir-akhir ini aku merasa berat terasa. Aku cemas, aku gelisah, aku gundah dan galau berkepanjangan. Apakah karena ini masih di dunia hingga selalu saja ada rasa tak nyaman di dada? Kemarin sore aku merasa sangat sedih, aku ingin menangis saat seharian full suamiku tak kabari aku. Kangenkah dia padaku? Atau tak peduli lagi dengan badan melarku yang tengah mengandung anak kedua kami. Tapi tega benar jika kemungkinan kedua yang terjadi. Hmmm....aku tak mungkin terus menerus turuti egoku untuk selalu didampinginya setiap saat, walau bagaimanapun aku harus kuat. Menopang segalanya sendiri, iya hanya sendiri saja, ditemani bocah kecil nan rupawan, anak sulungku. Apalagi dengan bertambahnya beban yang ada dipundakku, sebagai anak pertama yang harus selalu siaga kapanpun dan dimanapun aku berada. Ya, aku sebenarnya tengah keberatan dan kelimpungan merasa sesal di dada, ah seandainya aku terlahir dari keluarga biasa-biasa saja, maksudnya dengan status sosial yang tak cukup terpandang. Mungkin aku akan merasa lebih tenang, ya mungkin saja. Namun seolah aku menyalahi takdir apabila terus menyingkir dari kenyataan, meski ibarat pil pahit yang harus selalu kutelan. Dimana anak pertama harus selalu sempurna, bagaimanapun keadaannya. Akan tetapi, aku yakin bahwa kapasitasku akan meningkat tajam setelah ini, track recordku akan semakin bagus, dan nantinya hatiku akan merasa lega dibuatnya. Wahai diri, kuatkanlah pundakmu sekarang ini, sampaikanlah pada relung hati bahwa kau memang layak dan pantas memperjuangkan cinta sejati, walau bagaimanapun keadaanya. Kau harus tetap tegar. Sekalipun rasanya duka teramat dalam dan mengiris kalbu, disaat yang lain seolah sudah banyak pencapaian, akan tetapi aku justru mundur teratur. Ah kata siapa? Apakah itu benar, atau hanya terjebak fikiranmu semata? Ya. Sepertinya kali ini aku terjebak dan terjerembab lagi, akibat kurangnya energi belas kasih didalam sanubari. Aku kurang memerhatikan diriku sendiri, aku lupa bahwa aku juga butuh untuk terus dikuatkan. Tapi siapa yang akan kuatkanku? Tak ada hal lain selain diriku sendiri. Duhai diri, selamatkanlah saja jiwamu saat ini, ditengah krisis efek corona yang mendera, ditengah gejolak batin yang tersiksa. Sungguh kau hanya butuh sandaran saat kau rapuh. Selama ini semua hal telah terjadi, selama ini kau telah dapatkan semuanya. Harta, tahta, rupa, kepuasan materi kau selalu dapatkan itu, barangkali kau hanya butuh belaian kasih sayang yang samasekali tak pernah kau dapati dari siapapun kecuali dirimu sendiri. Sudah saatnya bangkit wahai diriku, penopang hidupku, jangan mau terlarut dalam kebiruan yang mendalam. Aku khawatir sakit batinmu akan bertambah. Bersabarlah, seandainya Tuhan berwujud pastilah kau akan sangat merasakan bahagia karena bisa dipeluknya. Bukankah selama ini, Dia yang memelukmu terus dan terus? Sebegitu eratnya Dia menjagamu dari segala marabahaya yang mungkin menimpamu? Sadarlah, kau tak sendiri. Ijinkan dia sang Pencipta terus untuk memelukmu dan menyayangimu dengan erat hingga detak nafasmu sulit tuk dipisah dengannya. Karena cinta sejati adalah Dia sang penguasa, Ia sang pemilik cinta itu. Kejarlah ke dalam dirimu wahai aku. Semangat selalu yaa membersamaiku. Kucinta kamu diriku 💕

With love, 

Kekasih Pertamamu.

#tantanganHessaKartika
#terapimenulis
#Pejuangliterasi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar