Kamis, 02 April 2020

tak usah dibaca

Hai diary, sebut saja aku adalah teman kecilmu yang sudah besar ya. Hehe

Hari ini aku sedang mengalami kecemasan. Aku sedang menunggu kelahiran anak keduaku, namun kau tau bahwa aku tak bisa sendiri sebenarnya. Aku kesepian, dan ini sangat menyakitkan bagiku. Sungguh hal ini sangat besar efek psikilogisnya bagiku. Aku takut sekali dengan prosesnya, atau bahkan lebih tepatnya adalah takut akan kesakitan yang nantinya mendera. Meski sebagian besar mereka yang pernah merasakan bahwa sakit melahirkan tak seberapa katanya, nanti juga bakal ingin lahiran lagi. Hmm..tapi bagiku tidak. Aku terlalu cemen atau entah apa ya namanya, intinya aku belum sanggup tuk berdiri seolah kulitku terkelupas dan disayat, oh sungguh itu sakit sekali. Atau lebih seperti pinggulku mau patah, dan segala tulangku remuk redam dibuatnya. Aku benci dengan kesakitan, aku tak suka itu. Aku sangat benci. Tak tahu memangnya jika batas wajarku melahirkan hanya maksimal satu saja, dan ini aku harus break the limit standarku. Huhu. Sabar ya diriku, kamu kuat kok. Kamu bakalan bisa ngelahirin anak kedua ini dengan bahagia.

Oia, by the way aku sedikit cerita tentang lahiranku dulu pas anak pertama. Aku sebenarnya masih sangat trauma. Aku tidak bisa lahiran dengan baik saat itu, karena banyak hal yang belum aku selesaikan di masa laluku. Salah satunya memelukmu, ya memelukmu satu persatu bagian dariku.

Entahlah menurutku takdir terlalu jahat bagiku saat itu. Sebenarnya aku bisa berupaya namun seolah tak berdaya. Harusnya aku bisa selesaikan studi atau mungkin aku berkarir atau bahkan aku bekerja sebagai babu diluar negeri dulu agar aku merasa bahwa aku berharga. Ah tapi ternyata takdir memaksaku untuk segera bertemu jodoh.

Aku tidak menyesalinya atau bahkan merasa tidak berguna hanya saja aku saat ini sedang merasakan bahwa aku perlu bantuan untuk dipeluk. Salah satu caraku memeluk diriku adalah dengan menorehkan kata dan tulisan disini. Kuharap saat kamu membacanya, tak perlu merasa bahwa aku sangat tidak mensyukuri nikmat. Oh no ! Justru aku sangat bersyukur karena itulah aku menulisnya disini buat dibaca lagi.

Aku merasakan bahwa dampak menulis itu sangat luarbiasa. Aku tak mau peduli dengan orang yang terus menjudge ku bahwa aku terlalu drama. Ya memang realita kehidupan kan penuh drama! Lantas kenapa? Apa jika aku drama lalu kalian merasa lebih baik atau bahkan lebih bagus dariku?

Perasaan yang kian ditutupi sebenarnya adalah kelemahanmu sendiri, kata om dedy jiwamu kosong, makanya kamu isi pakai gambar-gambar pamer. Kamu butuh dimengerti makanya kamu selalu membuka akses agar orang lain peduli padamu. Apa itu namanya bukan drama juga? Haha kena kau!

Biarlah orang bicara apapun tentangku aku tak peduli, memangnya mereka mau bertanggung jawab dengan kesendirianku? Nyatanya mereka justru bahagia saat aku sedih atau bahkan menertawakanku.

Bajingan sekali ya, ya memanglah itu dunia. Sangat murka dan menjijikkan segala rupa topeng manusia.

Kekasih Pertama
2/4/20

Tidak ada komentar:

Posting Komentar