Flashback di tahun-tahun awal perkenalan kita, kok sepertinya begitu cepatnya ya dear. Aku yang waktu itu belum siap mengasuh anak terpaksa harus siap. Hehe. Kamu sangat dominan waktu itu, ingin segalanya kamu atur, termasuk duniaku. Tapi tak apa, dear justru seperti itulah sikap yang aku butuhkan dari seorang lelaki, kau tangguh dan pantang mundur apapun yang terjadi. Terimakasih, ya dear berkat sikap otoritermu dan dominanmu waktu itu, sampai rasanya aku mati rasa untuk merasa. Hingga aku bingung waktu itu, aku sama seperti mawar yang kau genggam begitu erat sampai brodol rasanya dan layu mahkotaku, hehe.
Sungguh jikalau aku tak merasakan kebat-kebitnya perasaan terdominasi waktu itu mungkin aku akan gampang meremehkan. Sifatku dan sifatmu memang beberapa ada yang bertabrakan, tapi dengan sebuah jalinan dan konsistensi yang aku niati dari dalam lubuk hati, insyaallah Tuhan beriku jalan tuk terus imbangimu, suamiku.
Aku justru bersyukur, kamu telah ada hingga saat ini berhadapan dengan wanita yang tak mudah sepertiku. Aku sungguh berterimakasih karena kesungguhanmu berada terus didalam hatiku dan mengizinkanku untuk terus berproses setiap hari, kau bisa buktikan pada orang tuaku bahwa kaulah orang yang tepat untukku yang memang Tuhan takdirkan, itulah mengapa seolah frekuensi jiwaku tak pernah ingin lepas darimu. Ya Allah Tuhanku, apabila saat itu kami belum sampai memahami tujuan pernikahan seperti saat ini, maka maafkanlah kami. Ampunilah segala dosa kami di masa lalu, dan bantu kami ya Rahman, Engkaulah dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, satukanlah kami selalu dalam ikatan cinta yang kau ridhoi. Dan apabila kami ada keliru dalam mengambil jalan kebenaran, mohon tunjukkan pada kami segera, jalan mana yang Kau ridhoi agar kami bisa kembali bersama dalam jalinan cinta atas Engkau, atas namaMu.
Kebumen, 3 APRIL 2020
Saat kita sedang berjauhan dengan jarak.
Aku selalu merindumu setiap waktu, dear suamiku.
Kekasih Pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar