Seperti louis 14 yang sangat cinta akan keindahan, akupun begitu. Namun, aku enggan mati di tiang gantungan. Aku berhak untuk memilih hidupku dan passionku sendiri.
Aku orang yang bukan senang terikat dengan sebuah keterikatan. Intinya aku lebih suka bebas dengan zona rasaku sendiri, mengartikan dinamika perasaan yang hadir dan pergi setiap harinya tanpa harus terdistraksi oleh suatu hal yang menurutku tidak terlalu penting untuk kupahami.
Memang egois sekali rasanya diri ini, hanya mementingkan perasaanku. Akan tetapi sebaliknya, siapa yang mau peduli saat jumping moodku kambuh. Akankah orang lain bisa memahami akan perasaanku sebagai seorang yang 'berbeda' dari yang lain ?
Sejak kecil aku dididik untuk terus bergantung pada diriku sendiri, menantang setiap halangan yang hadir dalam diriku sendiri, sehingga aku terbiasa dengan kesendirian yang menurut orang lain membahayakan. Tapi hal ini tidak berlaku bagiku. Aku memang berbeda, aku suka kesendirian dan kekaguman pada suatu hal yang menurutku menarik, seperti halnya gambar-gambar warna-warni.
Aku penyuka visualisasi yang sangat biasa, aku memilili keterbatasan dalam hal kreativitas olah gambar, akan tetapi daya imajinasiku tak bisa diragukan lagi. Sekali lagi, aku sedang berbicara pada diriku sendiri. Aku tidak sedang membandingkan hal ini dengan orang yang berada di luar sana. Karena sebuah pepatah mengatakan kala aku ingin mengenal siapa Tuhanku sesungguhnya, maka aku haru mengenali dulu siapa diriku sebenarnya.
Aku tidak seperti Louis 14 yang terlalu kagum akan keindahan dirinya hingga berlebihan, atau Leonardo da Vinci yang katanya sampai melukis bentuk diri wanitanya dalam sebuah karya bernama Monalisa. Akan tetapi aku kagum pada kekuatanku selama ini, sungguh hal itu mustahil kulakukan tanpa adanya bantuan suntikan dari dzat Pemilik energi terbesar di jagat raya ini, dialah Allah swt.
Selama ini, aku tidak pernah lepas dari jeratan kesengsaraan akibat ulahku sendiri. Aku memiliki kekurangan dan juga kelebihan, akan tetapi aku terlambat menyadarinya. Aku sungguh malu pada Dia. Sudah sejak lama Dia menegurku untuk terus mendekat padaNya, bahkan dengan langkah terseok sekalipun, namun sepertinya diri ini masih belum mau untuk pahami arti dari pendekatanNya padaku. Aku sungguh malu.
Semoga Dia kekasihku bisa memahamiku akan segala keterbatasan ini, dan memberiku maaf atas segala kesalahanku sebagai hamba yang banyak dosa.
Kutowinangun, 26 Februari 2020
Ttd.
Kekasih Pertama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar