Jumat, 10 April 2020
Balada Sekotak Susu UHT Coklat
Sedih banget deh rasanya yaa, kalau pingin sesuatu tapi gak kesampaian. Seperti sore ini, demi apa aku pingin banget minum susu coklat yang dingin setelah seharian penat urus ini itu di rumah. Apa salahnya demi kasih reward ke diriku sendiri terus aku kasih susu coklat dingin fresh from freezer. Sedih banget ya, ul ya allah. Biasanya kalau kamu pengen susu bisa langsung beli. Sekarang mah enggak ya ul, ya. Sesepele beli susu doang harus nunggu suami. Iya, karena semuanya bergantung pada dia. Aku bisa apa saat ini. Memang sih, belum bisa apa-apa, disaat krisis begini. Belum ada kerjaan buatku hasilkan uang. Aku harus nahan seadanya. Sedih banget, dulu waktu sama ibu bapak kayaknya ga gini amat ya,ul. Nyisihin 4 ribu doang buat beli susu ya masih bisa. Ya alloh sedih banget hari ini. Mungkin esok hari akan ada rencana indah sepertinya dari Engkau. Barangkali ada yang mau kasih uang lewat perantara closingan atau apa buat beli sekotak susu coklat, syukur-syukur bisa nyetok buat sebulan di kulkas. Karena aku sangat suka susu coklat dingin. Bagiku itu sangat mempengaruhi moodku. Aku bipolar, dan harus pandai atur emosi. Biasanya setelah kelar ketemu orang yang sangat menguras energi, aku berusaha kasih reward meski sedikit buat diriku. Kupikir setelah mandi sore ini perasaanku akan segera membaik, tapi ternyata belum. Aku masih kecewa, sesepele itu dia gak belikan aku susu padahal aku sudah menunggunya sejak tadi. Ya allah, sedih rasanya hari ini. Semoga rezekiku semakin berlimpah setelah ini aku bisa nyetok susu coklat UHT sekulkas buat sebulan karena bipolar disorder sepertiku butuh itu. Semoga aja yah, ul sabar...Allah ngerti kok kebutuhanmu :) sabar yaaaa, pukpuk aul πππ
Kamis, 09 April 2020
Terimakasih untukku ❤❤❤
Wahai diriku, bersabarlah....
Aku tahu betapa beban hidupmu saat ini sungguh sangat berat di rasa. Kau harus terus survive di tengah gawatnya bipolarmu, dan kau juga harus survive menjadi peran-peran dari Allah SWT.
Kau berusaha untuk terus menjadi dirimu sendiri yang lebih baik dari hari ke hari, kau terus uji coba aneka resep masakan yang kau berikan khusus untuk suamimu, agar dia senang. Agar Allah SWT ridho.
Duhai diriku, cobalah untuk terus meluruskan niatmu ya. Jangan sampai keliru bahwa segala atas apapun yang kau berikan pada suami dan anak adalah dalam rangka mengejar keridhoan Tuhanmu. Allah SWT. Teruslah berproses menjadi diri yang tangguh, meski berat akan kuterima dan aku baik-baik saja. InsyaAllah akan selalu ada pertolonganNya.
Aku tahu, betapa kamu sangat membutuhkan beberapa lembar rupiah untuk menyenangkan diri ini. Sebagai alat penunjang kebaikanmu dari hari ke hari. Aku tahu itu, diriku. Sabar yaa... Aku akan selalu memelukmu disini, aku selalu ada untukmu diriku. Aku sangat menyayangi dan mengasihimu lebih dari apapun dan lebih dari siapapun. Aku tak pernah pergi jauh sedikitpun darimu. Karena kita adalah satu badan satu jiwa, aku adalah nuranimu yang akan selalu mengajakmu untuk terus menjadikanku sabar, menjadikanku lebih taat pada Allah SWT betapapun sulitnya dirimu untuk terus bertahan. Aku tahu itu diriku, aku sangat paham. Sabar ya... I love you diriku. Senyumlah selalu agar kau nampak cantik dan anggun serta jiwamu tulus nan suci. Semangat yaa dirikuπππkita bergandengan tangan selalu. Bersama menggapai RidhoNya, bismillah semoga Allah SWT mudahkan yaa sayang❤
Sabtu, 04 April 2020
melodi kepahitan
Saat semuanya terasa penat, berhentilah begerak. Saat semuanya terasa penuh, berhentilah mengeluh, usaplah peluh. Aku tau batinmu kini sedang rapuh. Sampai kau tak tahu bagaimana caranya tuk sembuhkan luka itu. Sakit memang apabila dirasa, terlalu dramatis apabila bercerita. Tak usah risau bahwa segala hal yang kau rasakan saat ini, orang lain akan ikut serta merasakan. Tak usah pedulikan himbauan akan kesenangan dan positivitas semata, karena kau bukan robot. Jiwamu hidup, dan itu aku. Ada disana, didalamnya. Jikalau mau mengakuiku ada, maka kau harus akui bahwa saat ini aku masih saja ingat akan batin yang tersiksa. Saat kau ingat aku, hembuskan nafasmu. Sesak di dadamu aku juga merasanya, aku bagian tubuhmu, satu aliran nafas denganmu. Bicaralah selalu padaku. Bahwa kita layak untuk bahagia. Percayalah padaku, aku adalah kejujuran yang ada dalam dirimu. Walau tak sempat kau berbisik, aku sudah tahu bagaimana rasa gemericik pilunya hatimu. Kamu adalah nada surgawi, datangnya dari dalam lubuk hati, lantas mengapa aku tak mau percayakan saja padamu tuk obati? Seandainya butuh uang banyak aku akan beri kau seadanya. Seandainya butuh sandaran tuk berpijak, ada bahuku disisimu. Kamu adalah jantung hatiku. Aku tak mungkin terus sakitimu, aku tak mau semua ini terjadi. Aku hanya ingin agar kau bahagia selalu bersama anakmu tak peduli lamanya waktu tuk sembuhkan diri. Tak usah percaya apa kata orang. Mereka punya cara sendiri tuk menang, begitupula kamu. Kau punya cara tersendiri juga tuk berperang. Lawan ego kasarmu, lawan semua yang hendak hancurkan masa depan anakmu, lawan itu. Lawan semua rasa hinggap di dada, lawan lawan dan terus lawan. Kau harus bangkit dari siksaan. Kamu mau sampai kapan sementara rotasi sangatlah begitu cepat edarnya. Bersabar seandainya saat ini kepala belakangmu masih saja sakit saat mengajakku berbicara itu tak mengapa, banyak waktuku tuk mu. Tuk temukan aku, aku selalu ada disisimu hingga akhir hayat, krn tugasku adalah berteman dgnmu. Sabarlah, bersabarlah. Berdoalah pada Allah untuk terus meminta pertolongan atas kesembuhanmu. Love you π€
Jumat, 03 April 2020
aku yang merindumu
Flashback di tahun-tahun awal perkenalan kita, kok sepertinya begitu cepatnya ya dear. Aku yang waktu itu belum siap mengasuh anak terpaksa harus siap. Hehe. Kamu sangat dominan waktu itu, ingin segalanya kamu atur, termasuk duniaku. Tapi tak apa, dear justru seperti itulah sikap yang aku butuhkan dari seorang lelaki, kau tangguh dan pantang mundur apapun yang terjadi. Terimakasih, ya dear berkat sikap otoritermu dan dominanmu waktu itu, sampai rasanya aku mati rasa untuk merasa. Hingga aku bingung waktu itu, aku sama seperti mawar yang kau genggam begitu erat sampai brodol rasanya dan layu mahkotaku, hehe.
Sungguh jikalau aku tak merasakan kebat-kebitnya perasaan terdominasi waktu itu mungkin aku akan gampang meremehkan. Sifatku dan sifatmu memang beberapa ada yang bertabrakan, tapi dengan sebuah jalinan dan konsistensi yang aku niati dari dalam lubuk hati, insyaallah Tuhan beriku jalan tuk terus imbangimu, suamiku.
Aku justru bersyukur, kamu telah ada hingga saat ini berhadapan dengan wanita yang tak mudah sepertiku. Aku sungguh berterimakasih karena kesungguhanmu berada terus didalam hatiku dan mengizinkanku untuk terus berproses setiap hari, kau bisa buktikan pada orang tuaku bahwa kaulah orang yang tepat untukku yang memang Tuhan takdirkan, itulah mengapa seolah frekuensi jiwaku tak pernah ingin lepas darimu. Ya Allah Tuhanku, apabila saat itu kami belum sampai memahami tujuan pernikahan seperti saat ini, maka maafkanlah kami. Ampunilah segala dosa kami di masa lalu, dan bantu kami ya Rahman, Engkaulah dzat yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, satukanlah kami selalu dalam ikatan cinta yang kau ridhoi. Dan apabila kami ada keliru dalam mengambil jalan kebenaran, mohon tunjukkan pada kami segera, jalan mana yang Kau ridhoi agar kami bisa kembali bersama dalam jalinan cinta atas Engkau, atas namaMu.
Kebumen, 3 APRIL 2020
Saat kita sedang berjauhan dengan jarak.
Aku selalu merindumu setiap waktu, dear suamiku.
Kekasih Pertama
Kamis, 02 April 2020
tak usah dibaca
Hai diary, sebut saja aku adalah teman kecilmu yang sudah besar ya. Hehe
Hari ini aku sedang mengalami kecemasan. Aku sedang menunggu kelahiran anak keduaku, namun kau tau bahwa aku tak bisa sendiri sebenarnya. Aku kesepian, dan ini sangat menyakitkan bagiku. Sungguh hal ini sangat besar efek psikilogisnya bagiku. Aku takut sekali dengan prosesnya, atau bahkan lebih tepatnya adalah takut akan kesakitan yang nantinya mendera. Meski sebagian besar mereka yang pernah merasakan bahwa sakit melahirkan tak seberapa katanya, nanti juga bakal ingin lahiran lagi. Hmm..tapi bagiku tidak. Aku terlalu cemen atau entah apa ya namanya, intinya aku belum sanggup tuk berdiri seolah kulitku terkelupas dan disayat, oh sungguh itu sakit sekali. Atau lebih seperti pinggulku mau patah, dan segala tulangku remuk redam dibuatnya. Aku benci dengan kesakitan, aku tak suka itu. Aku sangat benci. Tak tahu memangnya jika batas wajarku melahirkan hanya maksimal satu saja, dan ini aku harus break the limit standarku. Huhu. Sabar ya diriku, kamu kuat kok. Kamu bakalan bisa ngelahirin anak kedua ini dengan bahagia.
Oia, by the way aku sedikit cerita tentang lahiranku dulu pas anak pertama. Aku sebenarnya masih sangat trauma. Aku tidak bisa lahiran dengan baik saat itu, karena banyak hal yang belum aku selesaikan di masa laluku. Salah satunya memelukmu, ya memelukmu satu persatu bagian dariku.
Entahlah menurutku takdir terlalu jahat bagiku saat itu. Sebenarnya aku bisa berupaya namun seolah tak berdaya. Harusnya aku bisa selesaikan studi atau mungkin aku berkarir atau bahkan aku bekerja sebagai babu diluar negeri dulu agar aku merasa bahwa aku berharga. Ah tapi ternyata takdir memaksaku untuk segera bertemu jodoh.
Aku tidak menyesalinya atau bahkan merasa tidak berguna hanya saja aku saat ini sedang merasakan bahwa aku perlu bantuan untuk dipeluk. Salah satu caraku memeluk diriku adalah dengan menorehkan kata dan tulisan disini. Kuharap saat kamu membacanya, tak perlu merasa bahwa aku sangat tidak mensyukuri nikmat. Oh no ! Justru aku sangat bersyukur karena itulah aku menulisnya disini buat dibaca lagi.
Aku merasakan bahwa dampak menulis itu sangat luarbiasa. Aku tak mau peduli dengan orang yang terus menjudge ku bahwa aku terlalu drama. Ya memang realita kehidupan kan penuh drama! Lantas kenapa? Apa jika aku drama lalu kalian merasa lebih baik atau bahkan lebih bagus dariku?
Perasaan yang kian ditutupi sebenarnya adalah kelemahanmu sendiri, kata om dedy jiwamu kosong, makanya kamu isi pakai gambar-gambar pamer. Kamu butuh dimengerti makanya kamu selalu membuka akses agar orang lain peduli padamu. Apa itu namanya bukan drama juga? Haha kena kau!
Biarlah orang bicara apapun tentangku aku tak peduli, memangnya mereka mau bertanggung jawab dengan kesendirianku? Nyatanya mereka justru bahagia saat aku sedih atau bahkan menertawakanku.
Bajingan sekali ya, ya memanglah itu dunia. Sangat murka dan menjijikkan segala rupa topeng manusia.
Kekasih Pertama
2/4/20
Langganan:
Postingan (Atom)