Suami yang kooperatif juga merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT. Memiliki suami sepertinya rasanya sudah cukup sekali bagiku membuat hati ini lega dan bahagia. Bagaimana tidak ? Dia adalah sosok penyayang dan penyabar bagi istri bipolarnya. Aku yang sekian lama belum bisa menerima diriku apa adanya terkait ledakan emosionalku yang dahsyat dan luar biasa, akan tetapi dia justru mau menerimaku dikala aku bukan seperti manusia normal.
Saat dimana aku bisa berubah seperti singa yang haus darah, brutal dan membabi buta tanpa bisa dikontrol dan saat di mana aku bisa sangat enerjik dan bahagia tanpa terbendung seharian. Dialah saksi hidup atas perjalananku, kisah hidup seorang mental disorder yang pada akhirnya memilih untuk hidup berdampingan dengan lelaki normal dan baik hatinya.
Saat aku menulis pesan ini, air mataku terasa tumpah dan sudut mataku hangat. Bagaimana tidak, jika setiap harinya dia selalu setia berada di sampingku, menerimaku dengan segala kekuranganku, dan tak pernah sedetikpun dia pergi.
Aku tidak lantas paham apa maksud dari semua takdirku. Saat dahulu aku memutuskan untuk tak ingin menjalin hubungan serius namun nampaknya frekuensi gelombang otakku memunculkan rasa terdalam yang sangat hampa akan cinta. Aku haus akan cinta seseorang yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya.
Aku yang memutuskan sendiri hingga pada akhirnya aku berlabuh pada dia, meski banyak keraguan akan penerimaanku terhadap keluarga besarnya. Aku yang sangat minder memiliki sakit yang tak biasa, dan tak dimiliki oleh orang kebanyakan, ya dia bipolarku.
Namun, detik inilah aku berdamai dan bersumpah atas diriku sendiri bahwa langkahku takkan pernah surut atau bahkan menepi. Aku akan berusaha mencoba sekuat tenaga untuk mengontrolnya, meski harus terus berobat dan terus belajar setiap harinya. Hal itu tak masalah bagiku, asal engkau rida dan Tuhanku pun rida atas aku.
Agar aku bisa berperan sesuai kodratku, sebagai makmummu dan sebagi ibu dari anak-anakmu. Izinkan aku untuk terus berbenah dan belajar atas semua kesalahan yang pernah kuperbuat atas diriku, dengan tidak pernah pedulikan kesehatan jiwanya hingga kini ia sakit dan harus lekas berobat.
Terimakasih jiwaku, atas segala pengorbananmu selama hidupku. Selama 26 tahun kau bersamaku, namun baru kali ini aku sanggup ucapkan bahwa kau sungguh bermental luar biasa di tengah krisis kasih sayang yang terus melanda. Namun, aku tubuhmu takkan pernah rela untuk membiarkanmu seperti itu saja. Aku akan selalu ada untukmu baik di saat rapuh maupun senang, di saat tegar maupun badai datang. Izinkan aku untuk menjadi sayap pelindungmu, memelukmu, dan berbicara padamu selalu.
Terimakasih juga hatiku, kamu selalu tegar dengan kekuatan cintamu. Tulus dan tanpa pamrih kau terus berbelas kasih. Meski banyak hal dan tak jarang orang lain mengabaikanmu bagai seseorang yang lemah. Tak apa, justru saat kamu mengakui bahwa kamu adalah lemah lembut disitulah letak kekuatan abadimu berada. Kau sungguh kokoh dan tak terkalahkan, meski banyak cibiran dan olokan kau nampak tegar meski tak jarang air matamu tertumpah ruah.
Aku adalah si bijaksana yang akan selalu ajakmu berbicara, berusaha lebih dan lebih untuk mengenalmu, memahamimu, mencintaimu setulus hatiku. Terimakasih tubuhku, jasadku, jiwaku, cintaku hanya untukmu. Semoga kita bisa terus bersinergi menjadi Kekasih Pertama dan terakhir bagi sosok yang telah memilihmu. Pendamping hidupmu dear suamiku ❤