Sabtu, 08 Januari 2022

Aku bodoh hari ini

Bodoh sekali diriku telah bercerita pada orang yang tepat. Aku salah telah bercerita pada orang yang tak bisa memahami perasaanku. Justru ia malah menentangku. Maafkan aku diriku, aku telah membuatmu merasa bersalah dan bodoh. Bukan maksudku melukaimu, akan tetapi aku ingin cerita apa adanya tentang rasa yang kualami sebagai odb. Ya allah berilah aku ketenangan setelah kebodohan ini menimpa diriku. Aku takut jikalau semua orang tau maka akan jadi apa anggapan mereka tentangku. Ah masa bodo sekali dengan mereka. Aku hanya perlu menerima keadaan bahwa aku memang tidak sedang baik-baik saja. Astaghfirulloh. Hai hati, bersabarlah wahai hati. I love you diriku. Hanya untukmu, aku bersamamu selalu. Semoga kamu tetap kuat yaa.

Rabu, 03 November 2021

Malam ini aku...

Malam ini aku pengen banget jalan-jalan malam berdua sama kamu beb. Bosen dan suntuk rasanya dirumah mengasuh bocah melulu, aku kan juga pengen pacaran berdua aja tanpa anak-anak. Ngobrol ringan, bercanda, tertawa sama-sama.

 Kapan yaa bisa quality time berdua ajah tanpa anak-anak. Aku sedih udah lama gak begini. Capek rasanya urus anak-anak. Pengen bebas pergi sama kamu aja. Sedih beb, sedih banget. Bukanya aku gak bersyukur, tapi emang gak boleh ya kalau kita jalan berdua aja, tanpa anak-anak. Aku kangen pacaran beb. 

Mungkin bentar lagi nunggu anak-anak gedean dikit kita baru bisa jalan berdua kali ya...hmmm

Senin, 01 November 2021

Hai, aku sedang tidak baik-baik saja

Hari ini rasanya gaduh sekali dalam pikiranku, pascakejadian 3 hari yang lalu hilangnya airlangga yang dibawa oleh tetanggaku. Aku masih ingat betapa rasanya pedih sekali mendengar omelan ibu mertuaku. Aku begitu sangat takut. Aku ingin berlindung, tapi pada siapa? Aku memang mengakui itu salahku, akan tetapi jika tak usah berlebihan memarahiku kan mungkin tak apa. Seolah aku seorang yang sangat memuakkan hingga dia begitu marah padaku. Aku takut, segala sumpah serapah ia keluarkan. Kata-kata kotornya, semuanya. Aku sangat sedih dan takut mendengar itu semua. Aku tak tahu harus bagaimana, aku tak bisa bercerita pada siapapun karena mereka tidak akan mampu merespon seperti yang aku inginkan. Aku lebih suka menulis karena aku bisa mengurai permasalahanku dan juga bisa merespons seperti inginku. Hingga aku akhirnya sedikit lega.

Aku tahu ini akhir tahun yang berarti ini adalah fase beratku sebagai ODB. Tapi apakah mereka tahu betapa beratnya jadi ODB ? Mereka nggak tahu apa-apa dan aku juga tak mau mereka tahu tentangku karena pastinya tak semua bisa menerima keadaanku. Terkadang aku merasa sedih saat bercerita pada suamiku. Dia hanya merespon biasa saja dan terdiam. Padahal inginku aku bisa diberikan motivasi setidaknya kalimat bahwa semua akan baik-baik saja. Sehingga aku lega, namun ini sebaliknya. Mungkin suatu hari nanti aku akan mengomunikasikan ini pada suamiku tentang cara merespon keluh kesahku. Aku sedih sekali.

Wahai diri, tenanglah...
Semua akan baik-baik saja, percayalah. Ini takdirmu, kau pasti bisa menghadapinya. Tenanglah...percaya padaku, percaya Tuhanmu. Dia sudah rida dengan segala pedihmu, makanya ini terjadi padamu. Tugasmu saat ini adalah berupaya agar semuanya membaik, terutama perasaanmu dan moodmu. Meski aku tahu ini berat, namun aku yakin kau akan sanggup melewatinya wahai diriku yang paling kucintai. Aku percaya kamu, aku akan selalu ada untukmu wahai diriku. Bila kau perlu menangis, maka menangislah. Itu tidak apa-apa supaya kau lega supaya kau segera lupa. Meski melupakan itu tak mudah atas apa yang mertuamu perbuat padamu. Izinkanlah perasaan sakit ini hadir pada dirimu, akuilah bila memang dia ada dan terimalah, insyaallah dia segera lepas, dan kau akan membaik seperti sediakala. Percayalah duhai diri, kau bisa dan Kau mampu, kau berdaya meski ini tak mudah buatmu aku tahu kau akan sanggup. Bersabarlah atas rasa sakit dan penderitaan ini, semoga Allah rida supaya segala jerih payahmu terbayar pahala disisiNya. Maafkanlah segala salah mertuamu yang tak mengerti cara memperlakukanmu, maafkan dia. Dia juga manusia biasa yang tak luput dari dosa dan salah, ampunilah dia. Maafkanlah....meski berat meski sulit, mintalah pada Allah agar membantumu supaya kau diberikan kekuatan untuk memaafkan.


Rembang, 1 November 2021
Diary Depresiku

Selasa, 19 Mei 2020

Tak Ada yang Abadi

Baru kemarin rasanya aku bercengkerama bercerita banyak hal padamu, duhai Ibu eyangku tercinta.

Hari ini kau pergi meninggalkan diriku dalam kepahitan menerima bahwa kau sudah tak ada lagi di dunia.

Sesak dan sesalku karena aku belum mampu bahagiakanmu, justru kau yang selalu beri untukku. Sungguh aku tak kuasa hadapi ini semua, ini sungguh terlalu berat ku hadapi.

Aku mencintaimu tak batas waktu, ya Allah tolong terima dia disisimu. dia orang baik, dia orang tulus di seluruh dunia. Dia ibuku, yang selalu memberiku kasih sayang.

Dia tak pernah sedikitpun marah padaku, dia sangat baik. Aku menyesal tadi pagi tak hadir di pemakamannya. Aku sungguh sedih ya Allah. Harus dengan apa aku membebat luka ini sendiri.

Psikosomatisku kambuh karena kepergiannya begitu cepat, hanya tersisa kenangan bersamanya, sebuah pohon yang tumbuh di halaman belakang rumahku. Itulah dia yang menanamkannya, betapa sangat khawatir pada keadaanku


Oh Allah, ampunilah dosanya. Sungguh aku bersaksi bahwa dia adalah orang baik, aku sangat sayang padanya ya Allah, aku titipkan salam penghormatan terakhir padamu. Ya allah dzat pemberi nikmat. Berilah dia nikmat kubur yang tak terhingga, karena dia pantas dapatkan itu semua.

Dialah role modelku di dunia, aku ingin 
menjadi ibu setulus dia. Ya Allah...

Senin, 18 Mei 2020

aku tidak memihak siapapun

Aku tidak memihak pada siapapun

Duhai Arjuna, aku tidak bisa jikalau harus memilihmu atau dia. Aku sungguh terlalu lemah untuk itu, dan akupun tak ingin salah satu dari kalian harus bertempur dalam memilih aku.

Duhai kakanda, seandainya saja aku boleh memilih, aku pasti akan memilih tidak pernah bertemu kalian di dunia. Karena begitu sakitnya aku merasa jika aku berada disisimu justru akan menyakitkanmu.

Duhai puntadewa putra sulung pandawa, bukan aku berpihak pada salah satu tahta kerajaan manapun, akan tetapi jika tubuhku dimungkinkan untuk terbelah, maka belahlah saja. Sehingga kau tau betapa kau adalah bagian dari jiwaku.

Duhai penerus tahta kediri, Airlangga. Disinilah aku temukan titik terang atas hembus nafasmu yang tenang. Aku tak bisa jikalau tanpamu. Kau penyejuk jiwaku, pun dia juga sang prabu hastina. Aku tak bisa jika tak memilih keduanya. Karena kalian adalah dua jiwa yang berada dalam satu dimensi, rahim ibumu.

Jumat, 15 Mei 2020

Terkadang hanya butuh istirahat

Sebagai seorang ibu, aku sering merasakan lelah berkepanjangan dalam mengurus rumah. Ada suami yang harus dilayani, ada anak yang harus di penuhi kebutuhannya, dan belum lagi sebagai aku sendiri yang juga seorang individu.

Menjadi seorang mama sangatlah berat menurutku. Pantas saja dulu ibuku sering marah-marah denganku. Entah perihal apa terkadang aku terkena omelannya. Ah, rasanya begini ternyata.

Menjadi ibu yang unik sepertiku tentunya sangat tidak mudah. Aku menderita bipolar dan susah mengendalikan emosionalku saat dua fase ekstrim itu datang. Seringkali suami pun terkena imbasnya saat ragaku ini mulai mengamuk.

Banyak orang berkata bahwa seorang bipolar adalah orang gila. Ya, memang itu yang terjadi. Aku berbeda dengan orang kebanyakan. Jikalau orang biasa bisa tercapai setiap keinginannya, maka aku tidak. Karena aku terlalu banyak ide dan sangat impulsif. Banyak ide ku bermunculan saat fase mania datang, namun tak satupun tercapai. Begitu, kata psikiaterku.

Ya, jelas saja jika orang normal bisa mengukur kemampuannya secara realistis, berbeda dengan aku yang impulsif seolah semua ingin ku raih, padahal kapasitas tubuhku saja sangat lemah. Terkadang hal itu kendalanya sehingga fisik dan jiwaku juga ikut lemah.

Beberapa tahun belakangan ini, aku terus survive tanpa obat, dan hasilnya mengerikan. Aku kambuh beberapa kali dan suamiku sempat trauma. Namun, sekarang aku pasrah jika harus berobat lagi. Aku sudah menerima diriku yang berbeda, meskipun itu menyakitkan bagiku sendiri. 

Merasa minder ? Jelas. Karena aku tidak seperti yang lain, dimana mereka bisa hidup normal. Sedangkan aku butuh banyak waktu menyendiri, menyelami diriku, berusaha bertanya apa gerangan yang aku ingini. Mungkin lebih terkesan seperti introvert atau tertutup karena aku selalu ingin tau duniaku sendiri tanpa memikirkan orang lain. Dibilang egois ya memang. Karena begitulah aku. Aku ingin lebih mengenali diriku, supaya aku bisa kenali setiap emosiku yang muncul sebagai sebuah pertanda alamiah akan suatu keinginan.

Saat ini yang aku bingungkan adalah bagaimana cara untukku menutup lunas hutang-hutangku sebanyak 500 ribu perbulan. Dimana aku tangguhkan semua itu demi mendapatkan produk berkualitas untuk anakku. Sungguh hanya itu saja. Aku tak berpikir untuk pamer gengsi, tapi aku hanya ingin agar anakku bisa memiliki mainan dan buku yang bagus isinya. Serta bermanfaat untukku juga dalam mengajarinya kehidupan.

Ya, aku.

Sabtu, 09 Mei 2020

Rezeki Minallah

Suami yang kooperatif juga merupakan sebuah anugerah dari Allah SWT. Memiliki suami sepertinya rasanya sudah cukup sekali bagiku membuat hati ini lega dan bahagia. Bagaimana tidak ? Dia adalah sosok penyayang dan penyabar bagi istri bipolarnya. Aku yang sekian lama belum bisa menerima diriku apa adanya terkait ledakan emosionalku yang dahsyat dan luar biasa, akan tetapi dia justru mau menerimaku dikala aku bukan seperti manusia normal.

Saat dimana aku bisa berubah seperti singa yang haus darah, brutal dan membabi buta tanpa bisa dikontrol dan saat di mana aku bisa sangat enerjik dan bahagia tanpa terbendung seharian. Dialah saksi hidup atas perjalananku, kisah hidup seorang mental disorder yang pada akhirnya memilih untuk hidup berdampingan dengan lelaki normal dan baik hatinya.

Saat aku menulis pesan ini, air mataku terasa tumpah dan sudut mataku hangat. Bagaimana tidak, jika setiap harinya dia selalu setia berada di sampingku, menerimaku dengan segala kekuranganku, dan tak pernah sedetikpun dia pergi.

Aku tidak lantas paham apa maksud dari semua takdirku. Saat dahulu aku memutuskan untuk tak ingin menjalin hubungan serius namun nampaknya frekuensi gelombang otakku memunculkan rasa terdalam yang sangat hampa akan cinta. Aku haus akan cinta seseorang yang belum pernah aku dapatkan sebelumnya.

Aku yang memutuskan sendiri hingga pada akhirnya aku berlabuh pada dia, meski banyak keraguan akan penerimaanku terhadap keluarga besarnya. Aku yang sangat minder memiliki sakit yang tak biasa, dan tak dimiliki oleh orang kebanyakan, ya dia bipolarku.

Namun, detik inilah aku berdamai dan bersumpah atas diriku sendiri bahwa langkahku takkan pernah surut atau bahkan menepi. Aku akan berusaha mencoba sekuat tenaga untuk mengontrolnya, meski harus terus berobat dan terus belajar setiap harinya. Hal itu tak masalah bagiku, asal engkau rida dan Tuhanku pun rida atas aku.

Agar aku bisa berperan sesuai kodratku, sebagai makmummu dan sebagi ibu dari anak-anakmu. Izinkan aku untuk terus berbenah dan belajar atas semua kesalahan yang pernah kuperbuat atas diriku, dengan tidak pernah pedulikan kesehatan jiwanya hingga kini ia sakit dan harus lekas berobat.

Terimakasih jiwaku, atas segala pengorbananmu selama hidupku. Selama 26 tahun kau bersamaku, namun baru kali ini aku sanggup ucapkan bahwa kau sungguh bermental luar biasa di tengah krisis kasih sayang yang terus melanda. Namun, aku tubuhmu takkan pernah rela untuk membiarkanmu seperti itu saja. Aku akan selalu ada untukmu baik di saat rapuh maupun senang, di saat tegar maupun badai datang. Izinkan aku untuk menjadi sayap pelindungmu, memelukmu, dan berbicara padamu selalu.

Terimakasih juga hatiku, kamu selalu tegar dengan kekuatan cintamu. Tulus dan tanpa pamrih kau terus berbelas kasih. Meski banyak hal dan tak jarang orang lain mengabaikanmu bagai seseorang yang lemah. Tak apa, justru saat kamu mengakui bahwa kamu adalah lemah lembut disitulah letak kekuatan abadimu berada. Kau sungguh kokoh dan tak terkalahkan, meski banyak cibiran dan olokan kau nampak tegar meski tak jarang air matamu tertumpah ruah.

Aku adalah si bijaksana yang akan selalu ajakmu berbicara, berusaha lebih dan lebih untuk mengenalmu, memahamimu, mencintaimu setulus hatiku. Terimakasih tubuhku, jasadku, jiwaku, cintaku hanya untukmu. Semoga kita bisa terus bersinergi menjadi Kekasih Pertama dan terakhir bagi sosok yang telah memilihmu. Pendamping hidupmu dear suamiku ❤