JAWABAN
SANG WAKTU
Ketika sang waktu telah menjawab
akan takdir kehidupan, semua tak bisa terubah. Meski sekuat raga menepis akan
jalan hidup ini, namun seolah ku tak bisa menerima akan kenyataanku sekarang.
Setahun silam, saat raga ini tengah mencari jalan hidup, menapaki jalan yang
panjang, dan perang argumen tengah berlangsung. Sekuat tenaga ku lakukan demi
keinginanku untuk masuk ke sekolah Teknik. Berbagai macam test sudah ku
jajal,semua materi berusaha ku kuasai, dan Tuhan benar-benar sedang mengujiku.
Saat aku mendaftar disebuah sekolah teknik, waktu itu sebelum ujian nasional
SMA, dan aku sangat bersemangat dengan test ini, kudatangi tempat test sehari
sebelum pelaksanaan agar aku bisa lebih matang saat mengerjakan nantinya.
Ratusan peserta pun datang dari seluruh penjuru kota, dan saat tiba waktunya
pengumuman, namaku tertulis disana. Ku bersujud syukur atas semua ini, akhirnya
sebelum aku UAN, aku sudah mendapatkan perguruan tinggi negeri yang aku
inginkan.
Beberapa bulan kemudian, tertulis
pengumuman di papan, akan adanya SNMPTN undangan, dan tertulis namaku juga
disana, ku datangi guru BK dan berkonsultasi dengannya. Sampai akhirnya aku
mengikuti seleksi ini, dalam benakku hanya ingin menjajal sejauh mana bobot
raporku selama 5 semester ini, dan akupun mengajukan beasiswa karena standar
nilaiku memadai. Tapi saat pengumuman tiba, kulihat di internet, hanya ada
permintaan maaf yang muncul saat itu, aku tak lolos dalam seleksi ini. Tapi aku
yakin aku pasti bisa dalam kesempatan lain. Dan sampai saat itu, aku mulai tahu
kekuranganku, ku berusaha lagi untuk belajar setelah usai UAN bulan lalu.
Inilah perjuangan yang benar-benar dahsyat bagi semua angkatanku. Tapi saat
itu, aku merasa biasa saja, karena aku sudah lega bisa diterima di PTN, tapi
aku masih belum puas. Ku mencoba untuk berperang lagi lewat SNMPTN tertulis,
saat aku mengambil jurusan akupun hanya sesuka hati. Ian Tetapi, saat
pengumuman namaku terpampang disana, Puji syukur Allah maha besar, sekali lagi
aku lolos dalam seleksi akbar ini, yang melibatkan ratusan ribu peserta, yang
hanya sebagian kecil yang lolos, dan itu tak terkecuali diriku. Ayah ibuku
bangga denganku, tapi kebanggaan itu tak pernah mereka munculkan. Aku bisa tau
senua itu lewat mata batinku sendiri.
Disinilah terjadi kebimbangan
dihatiku, aku ada dalam dua pilihan, namun saat itu aku tengah mendaftar lagi
test sekolah tinggi tejnik, inilah yang aku cari. Sekolah gratis siap kerja,
pertama-tama aku lolos seleksi administrasi, dan setelah itu aku wajib
mengikuti test tertulis diluar kota. Kutunggu pengumuman dengan penuh harapan,
tapi ketika pengumuman itu tiba, seakan mencabik-cabik hatiku, meremukkan
seluruh tulang, memutuskan nadiku. Aku tak lolos seleksi. Betapa kecewanya aku.
Hanya seorang saja dari sekolahku yang lolos, padahal dia satu kelas denganku
dan kami seperjuangan selama ini, tetapi Allah memang adil. Saat yang lain
sudah mendapat sekolah yang diinginkan, hanya dia saja yang belum
mendapatkannya, dan kini ia telah mendapatkan sekolah lanjutannya. Aku hanya
bisa pasrah mendapat dua pilihan, dan kedua orangtuaku malah lebih mendukungku
ke pilihan kedua, padahal aku sama sekali tak suka akan pilihan itu. Tapi
setelah kupikir matang, memang sebaiknya aku menurut perintah orangtua agar
selamat dunia akhirat. Dan dengan Bismillah, aku memilih pilihanku ini, semoga
ini benar jalan terbaikku walau dengan berat hati ku melangkahkan kaki ini.
Memang benar, jika Tuhan telah
menghendaki, apapun bisa terjadi. Jurusan yang tak ku inginkan, kini malah aku
jalani. Tapi aku yakin, semua kan ada hikmahnya. Bisa saja aku bisa sukses
tanpa harus masuk sekolah teknik, dan kuberusaha menata kembali kepedihan
hatiku yang telah berlalu. Perlahan ku bisa melupakan masa laluku, tapi jika ku
ingat semua perjuanganku, rasanya melemahkan hati ini. Ya Allah, inilah jalan
yang harus kutempuh, aku hanya mengharap ridho-Mu. Namun sampai sejauh ini aku
merasa belum bisa menerima kenyataan bahwa impianku telah pupus.